메인메뉴 바로가기본문으로 바로가기

2023 AUTUMN

WearAgain Lab: Meneliti, Memikir Ulang, Memakai Kembali

Industri fashion, yang selalu mencari kesegaran, mendorong produksi dan konsumsi tanpa berhenti. Dampaknya terhadap krisis iklim semakin besar. Saat ini, kita perlu melakukan penelitian yang mendalam tentang cara mengenakan pakaian yang selalu baru, istimewa, tetapi juga melindungi kesehatan diri kita dan bumi.
1_DSC3646.png

WearAgain Lab’ adalah perusahaan start-up nirlaba yang didirikan untuk memberitahu masyarakat tentang dampak buruk industri pakaian terhadap lingkungan dan mengurangi limbah pakaian.
© WearAgain Lab


Hanya dengan melintas sebentar di sekitar distrik perbelanjaan, kita bisa melihat begitu banyak pakaian di setiap toko. Hal ini terjadi karena merek-merek fashion global yang ada di seluruh dunia meluncurkan koleksi baru setiap minggu untuk mengikuti tren. Oleh karena itu, meskipun lemari baju kita sudah penuh, setidaknya sekali setiap musim, kita berpikir, ‘Mengapa tidak ada baju yang cocok?’



Lab yang menerapkan gaya hidup pakaian zero waste

Jika Anda ingin membeli baju baru, tetapi khawatir dengan dampak industri fashion terhadap bumi, atau memiliki pakaian yang tidak lagi dipakai, tetapi terlalu bagus untuk dibuang, coba perhatikan WearAgain Lab. WearAgain Lab adalah perusahaan start-up nirlaba yang menerapkan gaya hidup pakaian zero waste. Mereka secara mendalam meneliti masalah dalam industri fashion dan mencari makna dan nilai dari penggunaan kembali.

Salah satu kegiatan utama mereka adalah ‘Pesta 21%’, sebuah program bazar pertukaran pakaian bekas. Nama ‘Pesta 21%’ mengacu pada proporsi pakaian yang terabaikan dalam lemari baju kita. Peserta dapat membawa pakaian yang terabaikan dalam lemari mereka dan menukarkannya dengan pakaian dari peserta lain. Barang-barang yang bisa ditukarkan dalam pesta ini meliputi gaun yang tidak pernah dipakai karena kekecilan, aksesori atau sepatu yang dibeli secara impulsif tetapi tidak cocok dengan pakaian lain, dan pakaian yang memiliki kenangan indah tetapi tidak lagi digunakan. Oleh karena itu, bukan label harga, tetapi label cerita yang melekat pada pakaian tersebut. Tempat ini bukan sekadar tempat belanja biasa, tetapi juga tempat yang menarik untuk menyelami sejarah waktu seseorang dan kisah pakaian.

Penggunaan kembali daripada daur ulang
2_DSC2487.jpg

Tag ‘Goodbye&Hello’ yang digunakan untuk menjelaskan tentang pakaian yang akan ditukarkan dalam acara Pesta 21%.
© WearAgain Lab

Menurut laporan Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2021 tentang situasi pembuangan dan pengolahan limbah di Korea, limbah pakaian yang dipisahkan untuk didaur ulang mencapai sekitar 118.000 ton. Jika ditambahkan dengan serat limbah yang dibuang secara terpisah untuk didaur ulang dan serat limbah campuran yang dibuang dengan sistem pembuangan berbayar, jumlahnya mencapai 412.000 ton. Masalahnya adalah bahwa sekarang ini pakaian baru terus dibuat di pabrik-pabrik dan dibuang di seluruh dunia.

Kali ini, cara kita mengejar kebaruan harus beruah. ‘WearAgain Lab’ berfokus pada penggunaan kembali daripada daur ulang. Mendaur ulang lebih baik daripada segera membuangnya, tetapi tetap saja proses mendaur ulang ini menghabiskan sumber daya. Selain itu, tidak mungkin untuk mendaur ulang semua pakaian yang ada di lemari baju orang di seluruh dunia. Oleh karena itu, WearAgain Lab berpendapat bahwa cara terbaik adalah memakai pakaian yang sudah ada selama-lamanya dan membuangnya sesedikit mungkin. Mereka juga berusaha mengurangi limbah melalui pertukaran pakaian dan mengaktifkan budaya fashion bekas.

Makna penelitian dari WearAgain Lab
3_DSC5115.jpg

Kegiatan utama WearAgain Lab, yaitu Pesta 21%, adalah program bazar penukaran pakaian bekas yang juga bertujuan memberitahu konsumen yang terbiasa dengan fast fashion mengenai pentingnya mode berkelanjutan. Para peserta akan menerima tiket penukaran sesuai dengan jumlah pakaian yang dibawa mereka. Dengan tiket ini, mereka dapat menukar pakaian mereka dengan pakaian lain yang tersedia di acara tersebut.
© WearAgain Lab

Daya tarik dari fashion bekas tak terbatas. Salah satu kegembiraan terbesarnya adalah ketika menemukan hal-hal yang tidak terduga. Misalnya, dalam berbelanja, setiap individu memiliki preferensi yang berbeda. Apalagi jika itu terkait dengan fashion. Biasanya gaya hidup pakaian yang diinginkan dan dipakai itu terbatas. Namun, di pasar fashion bekas, terdapat beragam selera dan merek yang berada di luar minat serta gaya baru yang dapat dicoba.

Selain itu, di sana kita dapat melakukan perjalanan waktu yang tidak terbatas tanpa harus mengikuti tren. Bazar ini bukanlah tempat untuk menjual item musiman yang akan terlihat ketinggalan waktu. Sebaliknya, ini adalah tempat di mana Anda melengkapi gaya Anda sendiri dengan menambahkan selera dan rasa pribadi. Inilah titik di mana gaya hidup pakaian menjadi lebih kaya dan beragam. Khususnya, kita bisa mendapatkan keberuntungan yang tak terduga di bazar 21%. Kita dapat mencoba pakaian yang ingin kita coba tanpa beban, dan merasa bebas dari rasa bersalah terkait masalah lingkungan.

Melihat orang lain mengambil dan mengenakan pakaian kita juga merupakan pengalaman yang istimewa. Dengan saling berbagi pakaian, kita sedang mengubah masa depan yang penuh kekhawatiran menjadi masa depan yang sedikit lebih optimistis. Hal-hal yang diteliti oleh WearAgain Lab seperti ini adalah yang tidak diteliti atau diabaikan oleh sebagian besar industri fashion.

Namun, WearAgain Lab bukan tempat yang hanya mengutamakan pengalaman emosional. Fakta bahwa umur pakaian bekas dapat diperpanjang sudah pasti, maka ini memiliki makna yang jelas. Kita semua tahu bahwa semakin lama umur pakaian, semakin sedikit energi yang dihasilkan dari membuang, dan tidak menambah konsumsi air dan emisi karbon juga. Namun, kita sering melupakan fakta ini atau berpura-pura tidak mengetahuinya. Oleh karena itu, WearAgain Lab membuat pencatatan dengan angka-angka yang konkret. Pada bulan April lalu, 18 tim yang terdiri atas 831 orang berpartisipasi dalam Pesta 21% selama 10 hari dan berhasil mengumpulkan 2.908 helai pakaian dan menukarkan 2.239 helai pakaian. Ini setara dengan penghematan 652.601 liter air dan 17.263 kg karbon. Dengan angka-angka yang sangat mengesankan ini, tujuan penelitian WearAgain Lab juga menjadi jelas.

Gerakan untuk keberlanjutan
4_DSC2723.jpg

Peserta yang menulis tag ‘Goodbye&Hello’. Tag ini berisi informasi tentang kapan pakaian tersebut dibeli, berapa kali dipakai, ucapan perpisahan untuk pakaian yang akan ditinggalkan, dan ucapan untuk pemilik baru yang akan memakai pakaian tersebut.
© WearAgain Lab

WearAgain Lab tidak hanya membuat perubahan dalam gaya hidup pakaian melalui Pesta 21%, tetapi juga membuat perubahan melalui kebijakan dan sistem. Mereka melakukan kampanye untuk membuat undang-undang yang melarang perusahaan fashion membuang persediaan dan barang yang dikembalikan. Gerakan legislasi adalah gerakan yang paling pasti dan berpengaruh. Itu juga merupakan peringatan tajam terhadap tindakan perusahaan egois yang membuang pakaian baru yang tidak pernah dipakai untuk menjaga citra merek mereka.

Dalam acara khusus lingkungan yang disiarkan oleh KBS pada tahun 2021 berjudul “Tidak ada bumi untuk pakaian”, dilakukan survei kepada tujuh perusahaan fashion teratas di Korea. Dari tujuh perusahaan tersebut, empat di antaranya mengakui membakar persediaan yang tidak terjual, satu perusahaan tidak mengungkapkan informasi tersebut, dan satu perusahaan menolak untuk memberikan tanggapan. Hanya satu perusahaan yang menjawab tidak melakukan pembakaran. Sementara satu sisi mencari solusi untuk keberlanjutan lingkungan dengan melakukan penggunaan kembali, sisi lain membuang energi dan tenaga sambil membakar etika dan kesadaran sendiri. Untuk mencegah kontradiksi ini secara kebijakan, WearAgain Lab telah memulai penelitian sejak Januari dan menyerahkan petisi yang telah diteken 1.363 warga ke kantor anggota DPR untuk mendorong pembuatan ‘Undang-Undang tentang Larangan Pembuangan Persediaan dan Barang yang Dikembalikan’.

Minat atau kegembiraan dalam gaya hidup pakaian dapat bervariasi bagi setiap individu, tetapi bahaya dari perubahan iklim berdampak pada semua makhluk hidup di bumi. Kita perlu bertanya kepada diri sendiri apakah produk yang dibuat dalam upaya mencapai keberlanjutan itu sebenarnya menuju perubahan iklim. Cara mengejar kebaruan dalam gaya hidup pakaian harus berubah. Mencari solusi dalam fashion bekas dapat menjadi salah satu caranya. Tren mungkin berakhir, tetapi fashion bekas tidak ada batas akhir, itulah sebabnya.

Yoo Da-miPenyunting Mandiri

전체메뉴

전체메뉴 닫기